Ramuan Pelet Pecel Lele (mistis)
hai. ada yang sedang (ke)lapar(an)? jika ada, silahkan tinggalkan postingan ini. karena postingan ini akan mengajak kalian makan dan menyekutukan makanan yang ada di rumah. kalian pernah makan? gue pernah loh. kalian suka pecel lele? sama, gue juga. kalian prihatin lihat indonesia? sama, gue juga. HUBUNGAN E APO ??!!
SBY juga prihatin.
3 hari belakangan ini, gue sedang punya hobi baru: makan pecel lele depan bank B*I dekat rumah. pertamanya sih gue nyasar ke warung pecel lele ini. ya, biasa lah anak liar malam yang sering kelaparan. jomblo lagi. tanpa tujuan, gue keluar dari rumah. nemu warung, beli rokok. padahal rokok gue masih ada. penjaga warungnya pasti mikir rokok gue udah nggak ada. hihihi. goblok.
segoblok-gobloknya gue barusan, perut gue tetap aja minta jatah. perut kurang ajar. udah yang punya perut goblok, eh perutnya juga kurang ajar. aku mati cajalah~
karena perut kurang ajar ini udah lapar, dan gue juga belum mutusin buat makan apa dan dimana, kiri-kanan ku lihat saja, ada warung pecel lele di kiri depan!
ada beberapa hal yang bikin gue tertarik ingin menyinggahi dan mengisi hatinya tempat duduk warung itu:
- ada layar tancap (istilah kerennya proyektor/infokus) yang lagi nyiarin pertandingan sepakbola. ya, walaupun gue nggak tau yang lagi main siapa lawan siapa, setidaknya itu sudah mengurangi rasa trauma gue terhadap presentasi di perkuliahan. dan gue sama sekali nggak berharap pertandingan yang lagi tayang disana berubah menjadi slide-slide membosankan yang pernah gue temui di kampus.
- pengunjungnya tidak terlalu ramai. gue suka risih dan merasa nggak nyaman makan di tempat-tempat yang terlalu ramai pengunjung <-- tjurhat.
- ada tendanya, biar gak basah. ini penting, coy. gerimis ini.
singkat cerita, gue pesan makan. "mas, ayam goreng, ya. dada nya, yang kiri". singkat cerita lagi, ayam gorengnya datang. maksudnya dibawain mas yang jual, bukan ayam gorengnya yang jalan sendiri. kalau ayam gorengnya yang jalan sendiri, ya gue bunuh diri. dan gue nggak tau ini ayam goreng beneran dada kiri apa bukan :')))
gue langsung jatuh cinta pada aroma pertama~ uuuuhhhh~ uuuuhhhhh~ udah, gue kenyang.
sekarang saatnya membayar rasa penasaran (baca: makan).
aroma pertama yang bikin gue jatuh cinta tersebut merangsang hormon ghrelin yang diproduksi oleh tubuh untuk segera makan dengan metode 'biadab biadab saja'. setelah gue cicipi, sentuhan pertama ayam goreng yang telah dilumuri cabe ke lidah gue bereaksi positif. otak gue menyatakan dan seolah berkata "kampret! ini enak. ini enak banget. ini gurihnya pas. penggorengannya pasti dengan suhu 170 derajat celcius. lagi mas. ah ah ah yes yes uuuhhh~ omaigat".
malam ini gue benar-benar puas. makasih, mas. *benerin sarung*
sebagai pembeli yang budiman, sehabis makan gue berencana untuk membayar. eh, tunggu dulu, tadi kan gue beli rokok, ngerokok dulu. sebagai perokok aktif, tidak membawa korek adalah sesuatu yang biasa. karena pada hukumnya: perokok aktif selalu bawa rokok tapi jarang punya korek, dan perokok pemula jarang bawa rokok dan selalu sedia korek. karena nggak bawa korek, gue pinjam korek ke mas yang jualan. dan apesnya ternyata si mas lagi ketiduran *benerin sarung*
"mas.. mas.. mas.. pinjam koreknya", gue ambil aja koreknya. sambil nyalain rokok, mas nya bangun. dan... "iya. makan satu, tambah satu, terus ada lagi?", kata mas yang baru setengah sadar dari mati suri level newbie (baca: ketiduran). gue ketawa kecil, kemudian bilang "belum, mas. belum. pinjam korek". mas nya malah ketawa.. "maaf, mas. ampun, mas.. ampuun. hahaha". mungkin mas ini lelah.
sewaktu ngerokok santai sehabis makan, gue mulai berpikir keras: ini makanan kok enak banget ya? jangan-jangan ini udah dikasih pelet sama yang jual supaya gue tiap hari makan disini. ah, nggak boleh mikir gitu, lebih baik mikirin dia #eeeaaa. tapi gue mulai mengkaji secara ilmiah kenapa makanan ini terasa pas. setelah gue teliti (penelitian yang nggak penting sebenarnya), ternyata ada beberapa hal di makanan ini yang tidak gue temui di warung-warung pecel lele lainnya;
aroma pertama yang bikin gue jatuh cinta tersebut merangsang hormon ghrelin yang diproduksi oleh tubuh untuk segera makan dengan metode 'biadab biadab saja'. setelah gue cicipi, sentuhan pertama ayam goreng yang telah dilumuri cabe ke lidah gue bereaksi positif. otak gue menyatakan dan seolah berkata "kampret! ini enak. ini enak banget. ini gurihnya pas. penggorengannya pasti dengan suhu 170 derajat celcius. lagi mas. ah ah ah yes yes uuuhhh~ omaigat".
malam ini gue benar-benar puas. makasih, mas. *benerin sarung*
sebagai pembeli yang budiman, sehabis makan gue berencana untuk membayar. eh, tunggu dulu, tadi kan gue beli rokok, ngerokok dulu. sebagai perokok aktif, tidak membawa korek adalah sesuatu yang biasa. karena pada hukumnya: perokok aktif selalu bawa rokok tapi jarang punya korek, dan perokok pemula jarang bawa rokok dan selalu sedia korek. karena nggak bawa korek, gue pinjam korek ke mas yang jualan. dan apesnya ternyata si mas lagi ketiduran *benerin sarung*
"mas.. mas.. mas.. pinjam koreknya", gue ambil aja koreknya. sambil nyalain rokok, mas nya bangun. dan... "iya. makan satu, tambah satu, terus ada lagi?", kata mas yang baru setengah sadar dari mati suri level newbie (baca: ketiduran). gue ketawa kecil, kemudian bilang "belum, mas. belum. pinjam korek". mas nya malah ketawa.. "maaf, mas. ampun, mas.. ampuun. hahaha". mungkin mas ini lelah.
sewaktu ngerokok santai sehabis makan, gue mulai berpikir keras: ini makanan kok enak banget ya? jangan-jangan ini udah dikasih pelet sama yang jual supaya gue tiap hari makan disini. ah, nggak boleh mikir gitu, lebih baik mikirin dia #eeeaaa. tapi gue mulai mengkaji secara ilmiah kenapa makanan ini terasa pas. setelah gue teliti (penelitian yang nggak penting sebenarnya), ternyata ada beberapa hal di makanan ini yang tidak gue temui di warung-warung pecel lele lainnya;
- tingkat kematangannya pas,
- pedas-asin cabenya pas,
- sayurannya cukup dan nggak lebay,
- kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
- keadilan sosial bagi seluruk rakyat indonesia.
"berapa, mas?"
"makan satu, 13. tambah nasi satu, jadinya 16", anjrit! mas nya ngitung 13+3 aja pake kalkulator. oh my god, why? tapi gue berusaha mikir positif aja, mungkin dulu mas ini tidak pernah menjumpai 'teknologi' sekeren kalkulator yang bisa ngitung sendiri setelah di pencet-pencet. gue bayar, dan mas nya langsung PDKT. "rumahnya dimana, mas?", tanyanya ke gue. "di rajawali sakti, masuk simpang depan ini". mas nya ramah dan tamah: ramah tamah. mas nya sopan dan santun: sopan santun. mungkin ini adalah syarat ilmu pelet pecel lele tadi. nggg...
oke mas, tunggu kedatangan gue selanjutnya!
NB: hormon ghrelin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel lapisan P/D1 dari lambung manusia dan sel epsilon dari pankreas yang merangsang rasa lapar.
yang pengen gue traktir silahkan komentar :p
give +10 *berharap ditraktir makan* :))
ReplyDeleteyuk sini :p
ReplyDeleteGue udah koment bang, traktir boleh kali yaak :"D
ReplyDeletesini.. ntar ditraktir. hahaha
ReplyDelete