( Gagal ) Menjadi Penyiar Radio
hembusan angin di kampus pagi itu jeda 3 detik, pepohonan melongo, seisi alam terheran melihat gue datang pagi-pagi ke kampus buat kuliah pagi. "Apa? andi kuliah pagi? tolong jelasin ke gue gimana ini bisa terjadi!!", mungkin itu yang diucapkan pepohonan dalam bahasa pohon. ya, biasanya persentasi kehadiran gue kuliah pagi berada di angka 3 kali hadir per semester diperkuliahan pagi.
setibanya di kampus....
"bener kan gue bilang... kalau lo datang, pasti dosennya nggak datang. pasti", kata supono. supono adalah 'malaikat titip absen' gue dari awal kuliah sampai sekarang. pagi itu gue ke kampus nebeng ke supono yang sebelum ke kampus kamar mandi nya juga udah gue mandiin (?).
"benerkan, gue udah bisa bangun pagi sekarang?", jawab gue sekenanya.
supono mengeluarkan kata "eeeehhhh" dengan bibir yang agak di majukan dan tatapan tajam matanya yang bisa gue artikan sebagai "gara-gara lo nih, gue jadi mau ngapain ke kampus?".
"eh, tapi nggak apa-apa juga, gue juga mau ngopy PES 2014 di hardsik rophy", sambung supono. supono mulai tenang setelah gue kasih pil koplo. sekarang giliran gue yang bilang "eeeeehhhh".
supono ketemu rophy, mereka berpelukan, kemudian saling cium, saling raba, dan saling melepas birahi. oh.. mereka maho. #Efeknontonbokep
gue ketemu habib: teman seperjuangan: mahasiswa penangkal dosen.
"eh.. jadi gimana, program x-tasi kemaren?", tanya habib. 'x-tasi' adalah sekumpulan geng motor. maaf, itu XTC. 'X-tasi' yang di maksud adalah 'X - Tabloid Sistem Informasi', yang RENCANA nya pengen kami jalankan lagi setelah mati suri 2 abad lebih 3 jam.
supono ketemu rophy, mereka berpelukan, kemudian saling cium, saling raba, dan saling melepas birahi. oh.. mereka maho. #Efeknontonbokep
gue ketemu habib: teman seperjuangan: mahasiswa penangkal dosen.
"eh.. jadi gimana, program x-tasi kemaren?", tanya habib. 'x-tasi' adalah sekumpulan geng motor. maaf, itu XTC. 'X-tasi' yang di maksud adalah 'X - Tabloid Sistem Informasi', yang RENCANA nya pengen kami jalankan lagi setelah mati suri 2 abad lebih 3 jam.
"tapi katanya mau konfirmasi ke Agus dulu", jawab gue sambil menikmati hisapan demi hembusan Dj*rum sup*r. dan seperti yang sudah kita duga, "minta rokok lo dong" pun terucap dari mulut monyet kampus (baca: habib minta rokok).
"gimana kalau kita siaran di radio kampus aja?", kata gue. "kita coba aja ajukan program baru ke radio kampus", gue mulai mem-presentasi-kan apa yang baru aja gue pikirkan pagi itu. cuma menyampaikan apa yang terlintas di pikiran. "iya. jadi menurut gue gini, kita yang siaran membahas suatu tema yang lagi trend, kita bawakan dengan dialog berdua, di tanggapi dengan jenaka.", sambung gue.
tanpa ba-bi-bu, "ya udah, yuk kita ke radio!", ajak habib.
sesampainya di radio...
"Di Radio Aku Dengar Lagu Kesayanganmu
Kutelepon Di Rumah Mu
Sedang Apa Sayangku
Kuharap Engkau Mendengar Dan Kukatakan Rindu",
ttd. gombloh.
sorry, gue nyanyi bentar. hehehe.
kami di persilahkan masuk, di persilahkan duduk, dan di persilahkan mencicipi penyiar perempuan hidangan yang telah disediakan (jika ada).
"oh iya, dari fakultas apa?", tanya salah satu dari mereka di ruangan radio itu yang sampai sekarang gue nggak tau namanya.
"teknik", jawab kami, datar.
"semester berapa?"
"semester 3. hehehe", gue sukses ngebohongin anak orang. habib gagal. kami ke tahuan sudah semester.... yak, kita lanjutkan ceritanya.
"oh iya, dari fakultas apa?", tanya salah satu dari mereka di ruangan radio itu yang sampai sekarang gue nggak tau namanya.
"teknik", jawab kami, datar.
"semester berapa?"
"semester 3. hehehe", gue sukses ngebohongin anak orang. habib gagal. kami ke tahuan sudah semester.... yak, kita lanjutkan ceritanya.
"lagi ngapain?"
"duduk-duduk aja"
"udah makan?"
"belum"
"makan, gih. ntar mati loh."
"makasih udah ngingetin... tapi maaf gue belum bisa bayar hutang"
"oh iya, ada keperluan apa?"
gue dan habib mulai saling tunjuk. "bib, jelasih deh". "lo aja, kan lo yang punya ide". "kan lo yang ngajakin". kampret.
gue mulai berbicara, gue berusaha menjelaskan presentasi gue sejelas mungkin dengan bahasa yang se berbeli-belit mungkin. setelah gue jelaskan maksud dan tujuan yang gue rasa mereka tidak terlalu mengerti, sekarang giliran mereka yang menjelaskan apa-apanya tentang radio kampus ke kami dengan bahasa yang sesederhana mungkin. oke, bib, kita kalah, mereka anak komunikasi.
sekarang semuanya sudah jelas *jelas apanya?*, semuanya semakin jelas setelah satu dari mereka menutup percakapan: "oke, besok kami sampaikan ke atasan kami, besok kami kabari lagi". jelaskan? kami di usir secara kain sutra.
3 hari... seminggu... 10 hari 2 jam... belum juga ada kabar. kabar terakhir yang gue dapat adalah persyaratan untuk menjadi penyiar di radio kampus tidak di sarankan bagi mahasiswa semester 6 ke atas. pihak radio kampus mungkin takut para pendengar mereka ikutan menyembah kasur jika mendengar celotehan koboy koboy kampus.
kenapa gue baru kepikiran sekarang buat jadi penyiar radio? (-_-)
kecewa? nggak. inilah proses perubahan. gue masih percaya setiap kegagalan bisa dimanipulasi menjadi sebuah kesuksesan. tidak ada kata terlambat, masih banyak jalan menuju roma, walaupun jalan ke roma banyak yang berlubang. pemerintah roma gimana sih? ngurusin jalan aja nggak beres!
tidak ada kata terlambat, ini cuma telat eksis #eh.
haha. lucu juga kisahnya.
ReplyDeletesemoga gua gak kayak lo di perkuliahan.
mampir juga ke blog gua ya
iya, semoga lo lebih ngenes dari gue. hahaha
Deletesukses itu butuh pengorbanan emang :') semangat kakak!
ReplyDeleteganbatte!
DeleteHaaa, gue juga pingin banget jadi penyiar radio.. serasa anak gahol getoo :D
ReplyDeleteyah, kan bisa ngomong didengerin banyak orang..
Delete