Sebuah Cerpen: Obrolan (fiktif).

pada masa itu, seorang pemuda tanggung tengah dihadapkan pada kebingungan. kebingungan yang memang ditujukan untuk orang2 sebaya mereka di tengah2 masa pencarian: sebagian mencari jati diri, sebagian mencari cinta sejati, ada pula yang mencari hidayah. sungguh masalah yang sangat umum.

sebut saja namanya fulan. panggil fulan aja biar akrab, kita sebaya. gak usah panggil 'bang' atau 'sayang', nanti baper.

ilustrasi sosok fulan
di perjalanannya mencari hidayah dan jati diri, di kepalanya selalu terbayang-bayang sosok fulani, seorang gadis, bukan pacar, namun berat pula hatinya mengatakan teman, karena dalam diam fulan menaruh hati pada fulani. apalah daya, fulan dan fulani adalah dua orang yang memang cocok untuk dijadikan teman. easy going kalau kata anak2 kekinian.

ilustrasi sosok fulani
ketika mereka berteman, fulan menemukan banyak kecocokan. punya banyak ketertarikan yang sama. suka tidak ikut campur masalah orang lain, sama2 tidak terlalu peduli dengan kehidupan orang lain, tidak offside bahas ini itu: berbicara sesuai kapasitas masing2. tidak aneh hari ini melihat seorang pedagang membahas politik, politikus berbicara wanita, akuntan bahas agama, guru bahasa bahas stabilitas negara, dan lain semacamnya. tidak salah, kalau ada dasarnya. masalahnya orang2 semacam ini seringnya tidak jelas dasarnya, pengetahuan sepotong2, berbicara dengan yakinnya seperti tau seluruh isi dunia.

kembali pada fulan dan fulani. dari namanya saja sudah cocok, fulan dan fulani. 

fulan sadar, pacaran itu banyak mudharatnya. fulani juga tau hal itu, tapi fulani sepertinya tidak mengerti konteks lingiustik dari hal itu. menurut fulani perasaan suka terhadap seseorang harus diungkapkan, setidaknya seseorang itu tau, ucapnya. entah apa guna pentingnya, paling cuma sekedar menjawab rasa penasaran (bagaimana tanggapannya), dan menghilangkan bayangan2 yang setiap sebelum tidur selalu terbayang di kepala. 

dan menghilangkan bayangan2 yang setiap sebelum tidur selalu terbayang di kepala. dan menghilangkan bayangan2 yang setiap sebelum tidur selalu terbayang di kepala. Fulan menyadari suatu hal, apakah segampang itu? hanya dengan memberi tau fulani bisa menghilangkan beban yang setiap malam hadir di kepalanya? membuatnya tidak lagi sulit tidur? membuatnya tidak palsu?


setelah mengumpulkan keberanian berbulan2, fulan membicarakan hal 'penting' itu pada fulani. lewat telepon. telepon pakai WA. sudahlah tidak ada mental, diperparah dengan tidak punya modal. poor fulan.

"halooo.."

"iya, ada apa bang?", jawaban khas dinda. zafran, now i know what you feel.

"lagi apa, fulani?"

"baring2 di kamar, buka twitter, buka bbm, buka wa, buka ig, repeat."

"hahaha. udah makan?", fulani dihujani pertanyaan2 basi dan tidak penting.

"udah. kamu udah?"

"udah juga. apa cerita terupdate sekarang ni?"

"gak ada cerita apa2.. kamu dong yang cerita."

"apa yang mau aku ceritain? kehidupanku membosankan, banyak repeatnya dari pada aktivitasnya."

"hihihi.."

"ketawa..."

"iya, abisnya lucu."

"lucu apanya? kamu ngetawain kehidupan aku?"

"hihihi.. enggak enggak."

"lagi santai nggak?"

"iya, lagi santai santai aja."

"nggak ganggu kan?"

"enggak.. ngapain sih nanya gitu? kayak lagi ngomong sama siapaaaa gitu."

"ada yang mau aku omongin."

FYI, fulan dan fulani dibeberapa kesempatan sering bertukar pikiran, saling menasehati, sesekali mengingatkan.

"apa?", di seberang sana fulani mulai bertanya2.

fulan menarik nafas...

"jangan bilang ke siapa2, janji ya, nanti aku malu."

"iya... emangnya apa?", fulani semakin tertarik dengan cerita fulan. 

sambungan telepon diputus, fulan deg-degan. fulani yang tengah bersemangat menjadi geram.

"arrrgghhh... fulan kampret. apa sih?", meski kesal karena penasaran, fulani memlilih tidak menelpon balik dengan alasan menghargai kaum perempuan: tidak mau memulai duluan. ppffffttt. ppffffttt banget.

di seberang sana fulan sedang tersenyum bimbang. bilang, enggak, bilang, enggak, sambil ngitungin kaki diplopoda.

fulan kembali menelpon fulani dengan tangan yang tiba2 terserang tremor stadium 1.

"mau ngomong apa? kok dimatiin tadi?"

"aku suka sama kamu", STRIKE!!!

fulani terdiam. sedikitpun tidak terpikir oleh fulani, terlintaspun tidak di benaknya. fulan yang terkenal tidak serius dan ketawa-ketiwi hari ini mendeklarasikan diri bahwa dirinya suka pada fulani. entah bagaimana perasaan fulan saat ini, begitu juga fulani, entah apa yang ada di pikirannya saat ini. terjadi hening yang panjang, semuanya tengah mengambang. seperti sedang jatuh yang belum sampai ke daratan.

terdengar suara kecil dari telepon.

"fulani... tolongin ibu bentar, masukin benang ke jarum. iya bu, sebentar", ibu fulani memecah keheningan.

"tunggu bentar ya"

"iya"

fulan kembali ngitung kaki diplopada. kali ini cuma belajar berhitung, tanpa 'bilang, enggak, bilang, enggak'.

"halo.. lama ya?"

"enggak kok, baru 379"

"379 apanya?"

"ini tadi aku ngitungin kaki diplopada"

"diplopada?"

"kaki seribu.. hehehe"

"kamu kalau nggak gila umurnya berapa?"

"hehehe.."

"kamu tadi bilang apa?"

"kaki seribu"

"bukan itu!!!"

"hehehe.. aku suka sama kamu. aku berat bilang ini, tapi aku harus bilang sekarang"

"kenapa?"

"kita udah dewasa, udah masuk usia nikah. aku juga sering merhatiin perkembangan kamu gimana."

"gimana?"

"kamu udah semakin matang mempersiapkan diri untuk menikah, sementara aku masih sibuk mempersiapkan diri untuk wisuda. itupun belum matang."

"..........."

"aku takut kita nggak jodoh. mungkin cuma aku yang berharap kita berjodoh, tapi aku pernah baca twit sujiwo tejo, katanya 'kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak bisa kau rencanakan cintamu buat siapa. menikah itu nasib, mencintai itu takdir', katanya."

"aku nggak tau harus ngapain..", ucap fulani sedikit memelas. seandainya boleh menerka, kini fulani tengah bingung maksimal.

"kamu gak perlu ngapa-ngapain, sekarang tugas takdir yang harus ngapa-ngapain."

"kamu kok suka sama aku?"

"serius nih mau aku kasih tau?"

"iya dong, biar orangnya tau.. wee eee eeekkk. wee eee eeekkk"

fulan mulai curiga, fulani ini sebenarnya homo sapiens atau termasuk golongan capra aegagrus hircus.

"aku seperti melihat diriku sendiri"

"sesederhana itu?"

"oke, kamu itu seleraku, udah, gak ada lagi. kalau aku suka cuma karena kamu cantik, itu cuma akan bertahan sampai kulitmu keriput dan rambutmu mulai memutih. kalau aku suka karena hartamu, itu hanya sampai kamu mulai miskin."

fulani kembali terdiam, termangu. belum pernah dia mendapati seseorang berkata seperti itu kepadanya. sekalinya ada, si fulan kampret yang bilang.

"ada beberapa hal yang aku pikirkan matang2 sebelum aku bilang semua ini. aku bilang ini supaya kamu tau hal ini sebelum aku mati, atau sebelum kamu menikah dengan orang lain, kalau memang kamu bukan takdirku, dan itu kamu dengar dari aku sendiri."

"kenapa kamu baru bilang sekarang suka sama aku?"

"kan kamu yang pernah bilang kalau suka sama seseorang harus bilang sama orangnya, biar orangnya tau. setelah kupikir ternyata ada benarnya juga hehehe."

"huhuhu... iya. aku tau, sekarang ini kita cuma bisa berdo'a, semoga takdir melakukan tugasnya dengan baik. makasih ya, udah suka sama aku."

"iya. jangan cerita ke siapa2 ya, nanti aku malu. besok ngajar jam ke berapa?"

obrolan berlanjut ke hal2 yang menjurus ke tidak penting, tapi tetap ingin terus ngobrol. sebentar lagi, please, belum jam 12. tawa saling bersahutan, sesekali terlintas dibenak fulan harapan untuk hidup bersama di hari tua nanti. satu atap, satu kamar, dan satu tempat tidur. saling rangkul, bercerita tentang hari2 yang baru saja dilalui, saling menyemangati: hingga nanti disuatu hari nanti salah satu dari kita mati, sampai jumpa di kehidupan yang lain.

siapalah fulan, masih saja sebagai mahasiswa saat teman2 sebayanya sudah mulai bekerja, dan beberapanya telah berlabuh, fulan masih merangkak terseok-seok menyelesaikan pendidikannya. sudah extra time, tak lagi injury time. hanya saja perasaannya pada fulani begitu menggebu, begitu menggangu di perjalanannya mencari jawaban dari pertanyaan tentang kehidupan dunia dan akhirat.

*cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, nama dan juga cerita adalah memang disengaja.

**sebuah karya fiksi pertama saya. ternyata sangat menarik menulis cerita fiksi, bebas mengarang cerita, dengan sedikit khayalan2 yang didasarkan dari kejadian nyata. semoga apa yang disampaikan dapat dimengerti dengan cerdas oleh pembaca setia. sekian, dan terimalah. ehehe. ehe.

***bahagiakanlah saya dengan men-share tulisan ini ke semua sosial media kalian.

No comments

pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak setelah membaca. semoga kita masuk surga.ingat, ini kolom untuk komentar, bukan untuk ninggalin jejak.

Powered by Blogger.