Saya Tidak Membela Tere liye

Seperti biasa, saya selalu buka twitter setiap ada kesempatan. Twitter saya tidak pernah sampai ada jaring laba2 seperti mereka-mereka yang jarang ngetwit tapi rajin stalking. 

Nggak tau kenapa saya asyik aja main twitter, sampai-sampai saya lupa cari pacar. Padahal cuma ngelihat update-an berita, ngomentarin trending topik, sesekali nyinyirin diri sendiri-eh orang lain yang merasa tersindir. Kemudian saya di-unfollow. Hiks.

Trending topik twitter sekarang asli beda dengan yang dulu. Sekarang, trending topik kalau gak judul sinetron, reality show, hashtag member JKT48, ya tentang politik. Sesekali memang ada 'the real' trending topiknya kayak zaman jayanya twitter. Seperti malam ini, Tere liye yang jadi bintangnya.

Sebelumnya saya ceritakan dulu sedikit tentang "sedekat" apa saya dengan Tere liye. 

Semenjak saya membaca tulisan Tere liye, sekarang gaya penulisan saya sedikit mengikut gaya Tere liye. Sebelumnya kiblat penulisan (dan cara berpikir) saya adalah Adhitya mulya, Pidibaiq, dan Sujiwo tejo.

Saya suka cara penyampaiannya yang detail. di bukunya, 3-5 halaman yang kita baca kadang 'cuma' menyampaikan 3 menit kejadian. Sangat detail. ditambah lagi dengan filosofi yang selalu ditanamkan dalam setiap tulisannya. Menurut saya dia ingin mengajak kita untuk tidak memaksakan sesuatu. Yang sudah seharusnya akan tetap terjadi. Perencanaan kita bukan apa-apa dibandingkan apa yang sudah diatur oleh pencipta. 

Ya pokoknya gitu lah.

Dari banyaknya buku yang sudah ditulis Tere liye, saya baru membaca beberapanya. diantaranya 'Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci jokowi Angin', 'Rindu', dan 'Pulang'. Biasanya saya malas baca buku yang nggak banyak lucunya. tebal lagi-400 halaman. Tulisan Tere liye bukan bacaan saya, awalnya. 

sumber

Tapi, entah bagaimana awalnya, ada awalnya tapi saya malas nyeritainnya wqwqwqwq sekarang saya jadi haus buku2 Tere liye. Saya selalu jadi sok bijak setelah membaca karyanya. Lebih tenang, dan sering mentertawakan orang yang memaksa keinginannya untuk terjadi. Saya jadi sering ngetawain orang yang egois.  

Point-nya adalah:

Tere liye mempengaruhi cara saya menulis, merasakan, menyampaikan, menerima, dan cara saya berpikir .

Malam ini bang Tere nangkring di trending topik twitter. Saya kira ada bukunya yang dijadikan film (lagi), eh taunya status Bang Tere-di facebook yang ini jadi perdebatan.

Saya tidak terlalu paham sejarah. Yang saya tau Indonesia udah merdeka, presiden pertamanya Soekarno. Dangkal sekali pengetahuan saya tentang sejarah. Tidak seperti para aktivis twitter seperti @negativisme, dan akun2 lainnya yang kadang kita tidak tau siapa adminnya. Mungkin pejabat, mungkin pengangguran, mungkin juga tukang ojek. 

di twitter, entahlah, saya lebih sering senyum2 sendiri. Tweps Indonesia ini ahli dalam segala bidang. Pengamat hal apapun. Mulai dari politik, relationship, gadget, pengembangan diri, bisnis, pengamat sepakbola, fans fanatik, sampai peneliti bokep, ada. Semua 'professor' ngumpul di twitter. Entah karena memang paham, atau sok paham, yang pasti mereka terlihat berpaham. Entah benar atau salah, biar pengadilan yang menentukan. 

Hampir semua selebtweet teriak-teriak "stop bullying di social media". dan mereka yang bersuara lantang meneriakan stop bullying ini malah terang-terangan mempraktekan aksi bullying di social media. seperti halnya pejabat yang bilang "stop korupsi", kemudian besoknya udah dadah-dadah di depan kamera pakai kostum KPK. 

Miris sekali.

Mereka seperti tidak pernah salah. Dengan entengnya menertawakan orang lain yang dianggap salah. apa salahnya salah? apa yang salah dengan salah? 

Siapa yang tidak pernah salah? yang tidak pernah salah hanyalah idola para fans fanatik.

Pengetahuan saya tentang sejarah memang dangkal. Sangat dangkal malahan. Mungkin hari ini statement Tere liye salah. Lantas, tidak bisakah yang lebih tau menegurnya, memberi tau tanpa ngatain orang lain goblok seenaknya? saya tidak begitu mengerti kepuasan dan kesenangan macam apa yang mereka dapatkan dengan membully seseorang. 

Saya tidak membela tere liye. Saya hanya menyayangkan sikap masyarakat indonesia yang ngakunya berasaskan pancasila, penuh sopan santun, ramah tamah, tapi tidak sedikitpun mempraktekan apa yang mereka bangga2kan.

Sekian saja, saya mau berburu 'Hujan' dulu.