Pemikiran Tentang Hutang
Dulunya (2-3 tahun yang lalu) gue sangat akrab dengan hutang. kalau kata rhoma, ‘tutup lobang, gali lobang’. Beda dengan gue yang ‘tutup lobang, gali kuburan’. Tak ada yang abadi. Nggak selamanya gue jadi tukang gali kuburan. Keadaan berubah semenjak gue buka jasa ini , sambil jualan ini. Nggak banyak sih uang yang gue dapat dari usaha bermodal “mampu” tersebut, tapi cukuplah buat ngutangin orang indonesia sama nutupin hutang-hutang zimbabwe.
Selama jualan, ada aja kejadian-kejadian aneh kalau menurut gue. Klik disini kalau nggak percaya. Tapi nggak usah bahaslah gimana senengnya gue waktu dibayar, karena sekarang gue lagi-lagi dan lagi terlilit hutang. “Karena membahas kesuksesan saat terlilit hutang sama aja kayak membahas indahnya pacaran dengan #Nomention, saat #Nomention jadian sama ayah kita. *mati* *nggak jadi mati* *lanjut nulis lagi*
Walaupun nggak dianjurkan, tapi menurut gue ngutang (bukan pakai kutang ya, gaes) itu lebih baik daripada menjual barang yang ada. Kenapa? Se-nggak berharga-berharganya barang, pasti punya nilai history-nya sendiri. Nggak mungkin kan, hanya karena kejadian konyol kehabisan uang diakhir bulan harus ngejual hape yang pernah dipakai nelpon-smsan waktu PDKT sama #Nomention? Nggak harus kan? Yah, walaupun pada akhirnya #Nomention lebih memilih yang lebih mapan, seperti ayah kita.
Gue bukanlah orang yang berani meminta hutang, bukan juga orang yang lancang meminjam uang. Sebut saja lelek (bukan nama yang disamarkan). Lelek adalah teman gue. Setiap gue main ke kos-annya, dia terus maksa untuk nggak temenan. “lu kesini ngapain sih?.. kita nggak usah temenan deh, gue belum punya uang buat bayar hutang”. dia udah ngutang ke gue sejak 3 bulan yang lalu. Nggak banyak kok, kalau dibeliin ke kuota internet paling cuma 40GB. Ngapain juga gue minta-minta kayak pengemis? Gue sih percaya aja, orang akan membayar hutangnya kalau dia juga udah punya uang buat bayar hutang.
Saat kita mau ngutangin orang seharusnya kita tau apa yang akan kita hadapi: menunggu orang untuk membayar hutang. Menunggu, bukan meminta. Kalau nggak mau/nggak bisa menunggu orang bayar utang, yaudah, nggak usah dipinjamin. Gitu aja kok repot. Bilang aja nggak punya uang, yang minjam kan juga nggak maksa. Kalau dia masang muka memelas, kasih aja seribu, trus suruh dia lanjutin aksinya di lampu merah terdekat. Problem solved.
Gue juga bukan orang yang lancang meminjam uang. Mana pernah gue teriak pakai toa mesjid untuk minjam uang. “bang, pinjam uang!! Dedek belum makan!”. Nggak pernah. Gue nggak pernah teriak kayak gitu pakai toa. Bilang langsung saat tatap muka pun gue nggak berani. Kayak-kayak mau nembak cewek gitu rasanya. Makanya sampai sekarang gue belu....... *keyboard gue diambil setan kredit*
Palingan kalau emang kalau lagi butuh banget nyepik2 dikit. Pura-pura curhat nggak punya uang, belum makan. Pasti nanti ‘target sepik’ bakal ngerespon, “sabar yah, hidup ini kadang emang nggak adil”. nyepik failed.
Sama kayak mau nembak cewek, pura-pura nanya dia udah makan apa belum, padahal pengen ngajak pacaran, menikah, dan hidup bahagia selamanya. Modus banget. Akhirnya jadian --> HARAPANNYA. Kenyataannya, jadi patung, diam seribu bahasa. HAHAHA! Cemen banget lo! Sama kayak gue!
Dari sekian banyak hal nggak penting yang gue tulis, kesimpulannya:
- Kalau mau ngutangin orang: siap dengan resiko menunggu orang membayar hutang. Kalau diawal udah ada perjanjian lebih gampang. Kalau yang ngutang melanggar janji, buat hutang itu sebagai peng-hutang-an terakhir kamu ke dia.
- Kalau mau ngutang: jangan pernah teriak pakai toa mesjid. Itu aja.
NB: di tulisan ini gue mati suri, keyboad gue dicuri setan kredit, jadi harap maklum.
Salam damai, manusia.
intinya kita boleh hutang, asal kita bisa melunasi.. kalo tidak bisa melunasinya bener kata rhoma irama,,,, TERLALU!
ReplyDeleteboleh hutang, boleh melunasi hutang, tapi tetap nggak boleh ngambil pacar orang.
DeleteKalau masih bisa jangan berutang dulu. Soalnya kalau nggak bisa bayar bisa jadi masalah. Di dunia sampai akhirat..
ReplyDeleteHehehe..
siap berhutang, berarti siap dengan resiko sebagai penghutang.
Deletewah,. kalo saya justru mending kalau bsia diusahakan gak ngutang, baiknya jangan ngutang. Yakalo bisa bayar, kalo enggak? beda cerita dengan jual barang. kalau jual barang, selesai ya selesai. kalau ntar dapat duit barang itu dibeli lagi, kalo gak yaudah diikhlasin.,. *eh,ini jual barang apa ngegadein yakk?? Hihi
ReplyDeleteya kalau niatnya emang ngutang yang baik dan benar pasti dibayar dong :)
Delete